Kemurnian cinta pertama yang sederhana dijalin dengan kemunduran masa dewasa yang berantakan. Kuil yang penuh warna, KTV yang ramai, dan pemandangan pasar malam Taiwan yang ramai kontras dengan kastil bernuansa abu-abu, makan malam satu pelanggan di seluruh kedai mi, dan keindahan musim dingin Jepang yang tenang. Latar yang berlapis-lapis dan bertekstur ini sangat dekat di hati bagi seorang pecandu budaya Taiwan dan Jepang seperti saya. Seperti paralel yang ditarik dalam dua ruang dan waktu, adegan lampion langit yang menyentuh hati menandai perbedaan mencolok dalam suasana hati dan aspirasi.
Saya sangat merekomendasikan ini kepada mereka yang butuh penutupan, kepada mereka yang pernah mencintai dan kehilangan, kepada banyak orang yang mungkin merasa tersesat (bukankah kita semua, pada suatu saat?) dan terakhir dengan lebih ringan hati kepada mereka yang menginginkan wisata budaya.
Komentar
Posting Komentar